"Piers Morgan Tonight" di CNN terus meliput dari detik ke detik di Mesir. Anderson Cooper kemudian mewawancarai pemimpin Ikhwan, Mohamed El Baradei dari Kairo. Mesir telah begitu dramatis, ribuan orang turun ke jalan menuntut Presiden Hosni Mubarak untuk turun dari jabatannya setelah 30 tahun berkuasa.
Dan sementara sebagian pihak terinspirasi oleh peran keagamaan di dakan aksi protes itu, ada kekhawatiran bahwa Ikhwan saat ini tengah menunggu kesempatan untuk mengambil alih pemerintahan. Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris pada hari Senin memperingatkan, "Kalian tidak hanya memiliki pemerintah dan gerakan bagi demokrasi, kalian juga memiliki orang lain, terutama Ikhwan, yang akan mengambil arah yang berbeda. Kita perlu cemas untuk memenuhi aspirasi rakyat."
Mantan diplomat Israel, Eli Avidar berpendapat bahwa pemilihan umum telah membuat Hamas berkuasa di Gaza. "Presiden (George W.) Bush dan (Menteri Luar Negeri) Condoleeza Rice menekan Negara Israel untuk memungkinkan pemilihan demokratis dalam Otoritas Palestina dan apa yang terjadi adalah bahwa Hamas mengambil alih dan ini adalah pemilihan demokratis pertama dan terakhir," katanya—tentu saja mengacu pada apa yang mungkin terjadi di Mesir saat ini. Dan Avidar jelas takut akan potensi Ikhwan.
"Jika mereka mengambil kepemimpinan lewat pemilu demokratis, saya percaya bahwa demokrasi tidak akan pernah ada di Mesir karena faktanya adalah, jika mereka menguasai kekuasaan, mereka tidak akan meninggalkannya," katanya.
Tapi analis Mustafa Abulhimal dari Mesir mengatakan ini bukan revolusi Ikhwan. "Ikhwan tidak berada di belakang protes semua ini," katanya. "Ikhwan tidak memberikan inspirasi protes. Ikhwan merupakan minoritas kecil di antara mereka yang berada di jalanan saat ini," katanya.
Di Iran 30 tahun yang lalu, revolusi meletus dan awalnya didukung oleh kelompok-kelompok yang berbeda, termasuk Komunis dan demokrat sekuler. Tapi situasi di Mesir saat ini tidak sama, Abulhimal berpendapat. "Revolusi Iran diambil alih oleh seorang karismatik buat (rakyat Iran) Ayatollah Khomeini. Sedangkan di Mesir, tokoh-tokoh karismatik yang kami miliki di jalanan hari ini atau kemarin adalah tokoh-tokoh sekuler seperti Mohamed El Baradei atau Ayman Nour," tambah Abulhimal, seraya menyebutkan dua nama yang sekarang banyak beredar di Mesir.
El Baradei sendiri mengatakan dia bersedia untuk bekerja sama dengan Ikhwan, dan menyangkal bahwa mereka ingin meniru Khomeini Iran. "Ikhwan tidak ada hubungannya dengan model Iran, tidak ada hubungannya dengan ekstremisme seperti yang kita lihat di Afghanistan dan tempat-tempat lain. Ikhwan itu suatu kelompok keagamaan yang konservatif. Mereka merupakan minoritas di Mesir," katanya kepada CNN. "Saya telah mengulurkan tangan kepada mereka. Kita perlu untuk menyertakan mereka. Untuk memasukkan mereka. Mereka adalah bagian dari masyarakat Mesir, sebanyak pihak Marxis di sini," katanya.
Ia menolak gagasan bahwa gerakan Islam hanya akan melemahkan Mesir. "Ini adalah mitos yang dijual oleh rezim Mubarak—bahwa itu baik bagi kita, gerakan Islam adalah diktator kejam, atau ... sejenis al Qaeda," katanya.
Sedangkan Abulhimal yakin bahwa Mesir tidak akan membiarkan Ikhwan merebut kekuasaan—paling tidak karena militer akan menghalangi jalannya.
"Baik masyarakat, maupun para pemimpin sekuler tidak akan memberi jalan kepada Ikhwan, dan lebih penting lagi tentara tidak akan membiarkannya pula," katanya. "Jika militer mengatakan, ‘Kami akan mendukung orang-orang di jalan dan kami akan memiliki kesepakatan dengan Presiden Mubarak untuk menjalani transisi yang tertib,’ dan Amerika mengatakan kemarin, ‘Ini tidak termasuk Ikhwan!’"
Rabu, 02 Februari 2011
//
Kategori
Uncantegorized
//
1 komentar
//
1 komentar to "Reformasi Mesir, Akankah Ikhwan Mengambil Alih?"
Anonim says:
koyok taek...